Ini adalah catatan perjalanan kami berempat : saya, bapaknya anak-anak, dan anak-anak 7 dan 3 tahun.
Rencana roadtrip ini sebenarnya sudah lama, tapi baru sekarang bisa terlaksana. Tadinya masih memilih-milih, antara mau naik kereta, pesawat, atau bawa mobil sendiri. Akhirnya kami putuskan untuk road trip karena anak-anak belum pernah road trip dari Jakarta, kecuali ke Bandung. Tidak ada persiapan yang berarti, hanya browsing sana-sini dan pesan hotel lewat aplikasi, selebihnya tinggal packing koper dan memastikan semua barang yang diperlukan masuk mobil. Satu benda yang paling penting : charger mobil dan handphone dengan kuota internet unlimited. Ransum lengkap untuk anak-anak pastinya sudah dipersiapakn untuk antisipasi kelaparan di tengah jalan.
Memilih jalan tengah malam
Kami memilih berangkat sekitar pukul 22.30. Harapannya, anak-anak akan tertidur di perjalanan dan kami pun bisa tenang dari dari pertanyaan yang terus diulang, “daddy, sudah sampai belum ?” “are we there yet ?”. Pertanyaan yang biasa keluar tapi cukup memusingkan. Di perjalanan, karena terlalu excited, anak-anak ternyata tetap terjaga, dan malah lapar. Akhirnya kami melipir ke rest area dan jajan. Saat itu sudah tengah malam. Setelah perut terisi dengan baik, gak berapa lama, anak-anak langsung terlelap. Kami pun memulai petualangan.
Perjalanan malam dengan hujan lebat
Hujan turun cukup lebat membuat saya dan suami kelimpungan. Berbekal tekad baja, kami terus melanjutkan perjalanan. Tak cukup hanya dengan hujan, tantangan harus ditambah lagi dengan kondisi kaca yang berjamur. Suami saya sudah mengecek seluruh kondisi mobil, kecuali KACA ! :(, Alhasil penglihatan jadi terbatas. Mata harus ekstra melotot untuk menyetir di tengah hujan dengan kaca mobil berjamur. Perjalanan tol Cipali – Palimanan malam itu terasa sangaaaaaat panjang. Sudahlah mana gelap, hampir tak ada lampu yang menerangi. Beberapa lampu di pinggir jalan tol rasanya gak cukup untuk menerangi perjalanan panjang ini. Mungkin karena kami terbiasa nyetir di kota yang terang benderang, jadi rasanya jalan tol ini amat gelap. Malam itu kami ditemani truk-truk besar, suami pun menyetir dengan ekstra hati-hati.
Perjalanan yang hanya beberapa jam, rasanya seperti sehari. Jam 3 dini hari, kami sudah keluar tol, masuk ke jalanan penuh lubang, melewati jalanan dengan hutan atau kebun di sepanjang sisi nya. Tidak terlalu jelas. Yang pasti, hati ini agak deg-degan kalau nanti tiba-tiba, ada makhluk yang muncul dari sana. Hahaha, horor banget mikirnya. Jangan lupa juga siapkan recehan yang banyak, karena banyak pak ogah menanti di setiap persimpangan jalan. Kami tiba di kawasan Purbalingga jelang subuh, dan berhenti untuk mengambil masjid Cheng Ho yang berbentuk klenteng.
Sampai di Yogya…
Setelah melewati perjalanan panjang dengan segala tantangannya, kami pun sampai di Yogya pukul 11 jelang siang. Saya sempat menggantikan suami menyetir setelah ia menyetir 7 jam lamanya.
- Makan di The House of Raminten
Karena perut sudah lapar, kami langsung menuju tempat makan. Setelah browsing, pilihan kami jatuh pada The House of Raminten. Tempat makannya cukup menarik. Atmosfer tempat ini agak “nyeleneh” dan unik. Makanan dan minumannya juga bervariasi dan yang penting harganya cukup bersahabat. Setelah makan, kami langsung menuju hotel di daerah utara Yogyakarta.
- Candi Borobudur
Lokasi wisata satu ini adalah wajib dalam list kami. Kebetulan si kakak memang sedang belajar tentang Candi Borobudur di sekolah. Setelah sarapan, kami langsung meluncur ke Candi Borobudur. Jangan lupa bawa payung, topi, tongsis dan gunakan sunblock untuk menghindari bahaya sengatan matahari.
Setelah membeli tiket masuk, kami menuju dalam pelataran candi dan memilih untuk naik kereta wisata di dalam dengan pertimbangan kenyamanan untuk anak-anak. Beli tiket kereta, bonus air mineral. Waktu paling enak mendatangi borobudur adalah saat sunrise dan sunset. Kalau siang hari begini, panas sekali dan memang tipe turis banget. Anak-anak pun tak tahan dengan panas dan mengeluh capek. Kami pun turun dan memilih naik andong keliling kampung di luar candi. Kami membayar Rp 75.000 untuk bisa berkeliling kampung dengan andong.
Di jalan kami disuguhi pemandangan hijau terhampar di depan mata. Kami juga sempat turun dan minum minuman wedang di pendopo peristirahatan. Ada juga guest house di sini untuk mereka yang ingin menginap.
Ketika kami pulang dari candi, kami sempat melewati pematang sawah, dan langsung saja mengajak anak dan suami foto-foto bersama.
- Upside Down World
Atraksi wisata ini juga termasuk yang ada dalam list kami. Menyenangkan sekali masuk ke dalam sini. Kami berfoto-foto, seolah-olah dunia memang terbalik. Tempat seperti ini cocok sekali untuk berfoto.
- Jajan es krim gelato ato di Tempo Gelato
Selesai makan malam di restoran tak jauh dari hotel, kami diajak beberapa teman kami di Yogya untuk menikmati es krim gelato di Tempo Gelato. Tempatnya asyik dan nyaman namun ramai. Banyak orang datang ke sini penasaran ingin menikmati es krim nya. Ada juga yang sudah biasa datang dan duduk-duduk di sini. Jangankan weekend, weekdays saja sering penuh. Tak heran tempat ini selalu ramai orang, karena es krim nya memang enak.
- Main seharian di Taman Pintar
Ada beberapa wahana menarik di sini seperti science centre, planetarium, taman bermain, dan wahana air. Anak-anak juga bisa ikut berbagai macam aktivitas menarik, seperti membatik, melukis di kaos dan membuat pot. Harganya jika dibandingkan dengan Taman Pintar di Jakarta juga lebih bersahabat. Di tempat ini juga ada food court. Tak perlu repot ke luar lagi untuk mencari makan. Meskipun pilihan makanannya tidak begitu variatif, namun cukup untuk mengganjal perut.
- Keliling Malioboro naik becak motor
Sore hari nya, setelah puas bermain di Taman Pintar. kami berkeliling kota naik becak motor. Fasilitas becak motor disediakan di hotel. Kami membayarnya seharga Rp 40.000. Kami berkeliling belanja di sekitar Malioboro dan makan. Di Malioboro, kami juga sempat mencicipi oseng mercong yang bikin bibir jontor. Anak-anak pun pertama kali nya merasakan duduk lesehan di pinggir jalan.
- Keliling keraton
Hari terakhir di Yogya, kami mengunjungi keraton. Seorang pemandu sekaligus abdi dalem keraton mengajak kami berkeliling dan menceritakan kisah-kisah tentang keraton. Ia sempat bercerita tentang cara Sultan ingin memanggil pengawal. Ia cukup berdiri saja dari suatu titik yang ditandai dengan sebuah lampu. Titik itu adalah titik tengah antara gunung Merapi dan pantai Selatan. Di titik ini konon katanya suara Sultan akan terdengar sampai jauh. Pemandu kami sempat membuktikannya dengan bertepuk tangan di tempat itu. Benar saja, gaungnya terdengar jauh. Di sini juga kami melihat karya batik lukis.
Menuju Solo…
Dari Yogya, kami menuju Solo. Hujan sempat turun lebat. Namun lagi-lagi, hujan tidak membuat kami gentar. Kami pun tiba di Solo sekitar pukul 4 sore.
- Candi Plaosan
Obyek wisata ini kami kunjungi dalam perjalanan menuju Solo. Kami tidak berlama-lama di sini. Hanya berfoto-foto sebentar dan langsung melanjutkan perjalanan ke Solo.
Tiba di Semarang…
Kami hanya menghabiskan waktu semalam di Solo, dan melanjutkan perjalanan ke Semarang. Di jalan sempat bertemu pemandangan gunung Su- Si (Sumbing dan Sindoro) yang cantik. Tentunya, kami tidak ingin melewatkan pemandangan yang indah ini untuk berfoto.
- Gunung Su-Si (Sumbing dan Sindoro)
Ketika menuju Simpang Lima Semarang, kami sempat melewati dua gunung yang berdampingan, cepat-cepat kami berhenti dan mengambil fotonya. Setelah browsing ternyata itu memang dua gunung yang melegenda.
- Pasar barang antik Triwindu
Kami juga sempat melintasi pasar barang antik Triwindu. Hanya berkeliling sebentar dan berfoto saja di sana karena anak-anak belum mengerti sama sekali tentang barang antik, jadi kami memutuskan tidak perlu terlalu lama di sana.
- Simpang Lima Semarang
Kami menginap di hotel dekat Simpang Lima Semarang. Malamnya, kami berjalan kaki melihat-lihat kota Semarang. Ada lapangan bermain yang luas sekali, para pedagang kaki lima yang menjajakan makanan kecil dan menyewakan mobil-mobilan untuk anak-anak supaya bisa berkeliling. Anak-anak senang sekali. Tempatnya ramah untuk keluarga.
- Klenteng Sam Po Kong
Satu hal yag menarik dan wajib kami kunjungi di Semarang adalah klenteng ini. Selain berkunjung dan foto-foto, kami juga menyempatkan untuk sembahyang.
- Toko Oen
Inilah toko es krim yang paling legendaris di Semarang. Kunjungan ke toko es krim dilanjutkan dengan makan siang, mengakhiri road trip kami di tiga kota sebelum akhirnya kami kembali pulang ke Jakarta.
Sungguh ini road trip yang sangat berkesan dan menyenangkan untuk kami sekeluarga. Perjalanan pulang kembali ke ibukota pun ditemani hujan lebat dan petir. Namun tidak serta merta menghapuskan kenangan road trip kami kali ini. Ada beberapa poin yang tak akan kami lupakan :
- Kekompakan saya dan suami. Suami menyetir, saya bagian navigasi sekalian browsing dadakan tempat-tempat yang bagus untuk dikunjungi. Waze dan Google map amat sangat membantu.
- Anak-anak belajar bosan. Kami sengaja tidak memberikan anak-anak gadget. Lagipula gadget kami perlukan untuk penunjuk jalan. Sebagai gantinya, saya siapkan facepainting berbentuk pensil warna, notes untuk corat-coret atau membuat doodle. Kebetulan anak-anak saya sangat suka corat-coret. Kami juga mengisi waktu di jalan dengan bermain macam-macam games : tebak-tebakan, I spy, nyanyi kosong-kosong, dan bermain suit rock pape scissors.
Sebuah pengalaman berharga bagi kami yang sulit dilupakan !
Leave a Reply